Tanjung Merah

Tanjung Merah
(Dok. Dianned_Dirk Photography)

Senin, 06 April 2015

PEMETAAN SWADAYA, LOKASI PLPBK SIAP WUJUDKAN MIMPI MASYARAKAT.

 Masayarakat kelurahan Sagerat sangat beruntung dengan dialokasikan dana Program PLPBK di Sagrat, program ini adalah Program yang nengangkat Penataan Lingkungan Permukiman bebasis komunitas, dimana masyarakt membangun, mengatur lingkungan dimana kita tinggal berawal dari  kesadaran kita akan pentingnya kebersihan kesehatan, keamanan dan kesadaran diri untuk terus berbenah.

Program PLPBK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas) harus melibatkan masyrakat.

Masyarakat dalam pembangunan lingkungan. Dimulai dengan penyadaran masyarakat, pelatihan-pelatihan, Pemetaan Swadaya yang melibatkan semua unsur terkait sehingga bisa menghasilkan usulan-usulan yang bisa tepat sasaran.

Wawancara Semi terstruktur yang dilakukan TIPP, TAPP (Tim Alhi Perencanaan Parisipatif) dalam hal ini, sudah direkrut, Yusfita Lengkey, ST, M.Eng yang akan turut membantu masyarakat dalam mewujudkan Kawasan Impian yang berkonsep Agrowisata.. Selain Fita (panggliannya), Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan juga tentunya mendukung dan turut sserta dalam Program lanjutan dari PNPM Mandiri Perkotaan.
Langit Biru Bitung
Dokumentasi pertemuan masyarakat


Kegiatan Pemetaan Swadaya telah selesai dilaksakan dan menghasilkan Dokumen Pemetaan Swadaya sebagai acuan pembuatan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman dikawasan Prioritas. “Tinggal tunggu, Dokumen Rencana, TAPP yang akan buat’, demikian ujar Deisy Kumenit yang selalu mendampingi TIPP, Fasilitator dan TAPP dalam Pemetaan Swadaya.
Langit Biru Bitung
Frelly Ai Kaawoan, Sekretaris  LKM Nikita Waya, Sagerat Bitung SULUT

Femmy Lontoh, Kesetiaan seorang Relawan

Langit Biru Bitung
Kegiatan Pemeriksaan Lapangan bersama kegiatan Pemeberdayaan bersama Femmy Lontoh/kaos bergaris ditengah

Salah satu definisi Relawan adalah orang yang bekerja tanpa mengharapkan imbalan, biasa disebut kerja bakti.

Memmy, demikian ibu ini biasa di sapa oleh keluarga maupun kenalannya.
Ibu yang ramah dan rame ini, biasa sibuk sebagai pedagang karena beliau punya Toko kecil yang terletak didepan rumah, walaupun sejak pagi hingga malam sibuk dengan pelanggan, beliau masih menyempatkan diri dengan kesibukan kerelawanan. Sejak tahun 2008, sudah menjadi relawan PNPM Mandiri Perkotaan, dan hingga kini, adalah masa bakti ketiga beliau melakoni perannya sebagai anggota LKM.

Setia, itulah kata yang pantas disematkan pada ibu ini, meski sibuk, selama bertahun-tahun menjadi motor penggerak di LKM Mapalus Manembo-nembo beliau tidak pernah mengeluh bahkan selalu menerima tugas dan tanggung jawab dengan penuh suka cita.


Istri tercinta dari Nexy Lengkong ini selalu bertanggung-jawab terhadap tugas-tugas 
kerelawanan yang menjadi tanggung jawabnya.

Boyke Pangau: “ Berbagi adalah jalan hidup”.

Boyke Pangau
Kegiatan Sosial di Sagerat Weru 1

Walaupun berpostur tubuh berisi cenderung berat tapi tidak terlihat berkurangnya kelincahan  bapak dari Lia dan Kaka ini,  tetap dengan semangat selalu menghiasi hari-harinya.

Dua periode menjadi LKM (lembaga Keswadayaan Masyarakat) pilihan masyarakat bahkan dipercayakan menjadi Koordinator otomatis kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Satu menjadi  kegiatan rutin Om Boy (begitu beliau biasa di sapa).

Selain Koordinator LKM Matuari Sagerat Weru 1 beliau juga beraktifitas kemasyarakatan lainnya, yaitu membina anggota-anggota koperasi di Kota Bitung sebab beliau tercatat juga sebagai Sekretaris Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia) Bitung, demikian juga sebagai pembina Gapoktan (Gabungan Kelompok Pertanian).

Seabrek kerja kemasyarakatan yang dijalankan selalu menjadi bagian dari Om Boy. Beruntung ada Tante Tine (Tinneke Wenas) istri tercinta yang selalu setia membantu ditengah kesibukan Tante Tine sebagai penjahit pakaian yang bonafid.


Hari-hari seibuk namun menyenangkan telah menjadi bagian dari Pangau dan keluarga di kelurahan Sagerat Weru 2, beliau tidak pernah megeluh walau kadang-kadang kesibukan dari organiasasi satu dengan yang lain saling berebut menuntut waktu dan tenaganya. “Enjoy saja, semua akan berjalan sesuai dengan iramanya, semua harus dinikmati, yang penting masyarakat senang dan mereka menikati manfaatnya”, ujar Pangau.

Minggu, 01 Februari 2015

PLPBK jadi program andalan di Kota Bitung







Program yang kami perjuangkan selama beberapa tahun ini bisa menjadi kenyataan. PLPBK

 (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komuniatas)\ ,

bisa masuk di Kelurahan Sagerat.



PLPBK Penataan Lingkungan Berbasis Komunitas program yang menjadi andalan di Kota Bitung dalam merubah wajah Kelurahan lewat perubahan perilaku.

Bersyukur wajah Sagerat bisa mendapatkan Program PLPBK, dengan Dana Stimulan sebesar Rp. 1 M dari pusat dan Rp. 500 juta dalam bentukfisik dari APBD Kota Bitung.



PLPBK telah menjadi buah bibir masyarakat bahkan banyak yang menanyakan seperti apa wajah program  program ini. “ Apa dang yang torang mo beking di Sagerat lewat ini PLPBK?”, demikian ditanyakan Ketua LPM, Gabriel Ganda, SH saat pertemuan dengan TIPP (Tim Perencana Partisipatif), LKM dan Fasilitator. “Program ini, dari torang oleh torang dan untuk torang Pak, jadi apa yang akan torang beking adalah hasil Pemetaan Swadaya dan perencanaan dari masyarakat”, demikian dijelaskan oleh TAPP (Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif) Yufita Lengkey, ST, M.Eng.


PLPBK Sagerat, yang mengangkat konsep Agropolitan dan Agrowisata menjadi harapan masyarakat untuk Sagerat yang lebih baik. Ketika ditanyakan penulis apa yang bisa dilakukannya sebagai waga masyarakat sehubungan dengan program ini  Ketua TIPP mengatakan, “Sebisa mungkin torang akan melakukan apa yang terbaik untuk membangun Kelurahan Sagerat, apalagi dengan adanya Dana Stimulan ini, torang ini mengubah Sagerat lebih baik lewat Penataan Lingkungan dan Perubahan Perilaku yang bertanggung jawab dari masyarakat,” pungkasnya.



Reynold Roath: “Hidup adalah memperjuangkan kesejahteraan masyarakat”.


Dengan Motor Metik birunya, dengan gesit lelaki yang berpostur jangkung in melewati jalan tanah yang kadang becek akibat belum di aspal, dari arah Camp Klabat lingkungan 4 Sagerat Weru 2.  Ditengah kesibukannya dalam mengurus kegiatan pembangunan dari lingkungan tempat tinggal lewat Lembaga Donor yang bernama HABITAT,  menyempatan diri untukmemberikan hidupnya untuk masyarakat Sagerat Weru 2.

Terlahir dari keluarga Tentara beliau biasa hidup keras dan berpindah-pindah. Demikian juga ketika pecah kerusuhan Ternate 13 tahun lalu, Enol membawa keluarganya ikut mengungsi ke Bitung.

Reynold Roath, Koordinator LKM Berkat Sagerat Weru 2,  ayah 3 anak dan suami tercinta dari Juliana Kelbulan selalu di Tokohkan di tengah masyarakat.

Sebagai pengungsi beliau miris melihat saudara-saudaranya yang berasal dari Ternate hidup terpuruk tanpa harapan di Bitung. Untuk itulah beliau selalu berjuang bukan hanya untuk keluarganya tapi juga untuk seluruh pegungsi di Bitung, perjuangannya membuahkan hasil, hal itu dibuktikan dengan turunnya bantuan untuk pembuatan perumahan sederhana dengan cicilan yang ringan di 2 kompleks perumahan di kaki Gunung Dua udara, tepatnya di Lingkungan 4, Kelurahan Sagerat Weru 2.

Lelaki berkulit sawo matang yang parlente dan neces ini berprinsip bahwa hidup itu berarti ketika kita bisa memperjuangkan hak hidup lebih baik bagi orang lain

Bartje, si Umar Bakri yang menjadi Relawan

Keramahan sudah menjadi ciri khas dari kesaharian bapak satu putri ini, senyuman tipis selalu menghiasi bibirnya saat bertemu dengan seseorang, seakan menyapa sebelum bicara.


Sebagai si Umar Bakri alias guru yang diangkat menjadi PNS setalah 9 tahun mengabdi di Sekolah Dasar Kelurahan tercinta Tanjung Merah beliau mejalankan tugasnya dengan penuh semangat. Belum lagi tugas relawan membantu kelurahan dalam berbagai tugas kemasyarakatan seperti menjadi panitia dalam Pemilu, tugas-tugas administrasi yang membutuhkan keahlian dalam menjalankan dengan komputer dilakukan tanpa memperhitungkan imbalan.

Tidak heran, diusia yang relatif  muda, 32 tahun, beliau sudah dipercayakan menjadi Koordianator LKM Tana Rundang selama 2 kali masa bakti, 2011-2014 dan 2015-2017.

“Pak Bartje itu, bertanggung jawab, gesit dan jujur, dia memang pantas menjadi Koordinator LKM Tana Rundang,” demikian ungkapan Lurah Tanjung Merah, Ferdinand Katuuk.

Saat diadakan pemilihan Koordinator LKM Tana Rundang, November lalu, 8 orang memilih beliau sebagai Koordinator, sisa 1 orang (yaitu dirinya sendiri) memilih orang lain. Karya dan ketulusannya selalu menuai simpati. 

Rabu, 19 Juni 2013

Kelompok Swadaya Masyarakat Perempuan di Bitung, Sulawesi Utara

Pekerja perempuan di Sagerat ada, bukan karena terpaksa.

Memasuki tahun ke-5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat  Mandiri Perkotaan di kelurahan Sagerat Kecamatan Matuari kota Bitung SULUT, terus membawa perubahan mengenai  pandangan masyarakat dalam  melaksanakan suatu kegiatan infrastruktur, perlahan tapi pasti, keterlibatan perempuan sudah menjadi hal lumrah dan bukan lagi hal yang “terpaksa” ada karena tuntutan program yang mensyaratkan keterlibatan perempuan sebesar 30 persen. “Memang, semua KSM Infrastruktur  dalam pemanfaatan BLM 1 2013 ini, seluruh pengurusnya ada perempuannya, apakah itu sekretaris, bendahara bahkan ketua dan wakil ketua”, ujar Hanie Ering, Koordinator LKM Nikita Waya, Kelurahan Sagerat Kecamatan Matuari Kota Bitung.

Pekerja perempuan dalam kegiatan pemanfaatan BLM sudah menjadi pandangan biasa di keluarahan ini, Indra Londah, salah satu ketua RT di lingkungan 1 yang dipercayakan KSM untuk menjadi bendahara berujar, “kita (saya) jadi pekerja di kegiatan infrastruktur sudah sejak tahun 2009, sejak BLM I dimanfaatkan dikelurahan ini dan setiap tahun, kita selalu terlibat, kalu (kalau) bukan jadi Panitia (KSM), kita menjadi pekerja biasa dan bukan hanya kita, banyak torang (kami) perempuan-perempuan yang begitu, ada bu Deisy, Frelly, Meiske, Eka dll”.

Pemanfaatan BLM 1 ditahun 2013 ini sementara dilaksanakan, Deysi Kumenit masih dipercayakan menjadi ketua KSM Berhikmat, Seska Lengkong bendaharanya, sementara di KSM Berdikari Indra Londah sebagai bendahara KSM, Frelly Kaawoan, Meiske Tindatu, Yunita dan masih banyak perempuan lainnya menjadi pekerja dalam pembuatan drainase  di lingkungan 1, hal ini sudah menjadi pemandangan biasa jika kita datang memonitoring pelaksanaan kegiatan dikelurahan ini.

“Torang (kami) turut terlibat dalam pembuatan kegiatan infrstruktur disini, ikut menumbuhkan rasa memiliki, begitu juga kami bisa sama-sama memastikan bahwa apa yang torang buat ini, kualitasnya baik dan tentu kami bisa berswadaya lewat tenaga kami..”, ujar Seska Lengkong seorang pekerja perempuan yang sehari-harinya bertugas sebagai ketua RT di lingkungan 4.



“Ada rasa bangga, sebab ketika pekerjaan selesai dan torang (kami) melihat hasilnya, kami puas karena semua ini torang yang buat, anak-anak cucu akan melihat dan merasakan hasil karya orang tua mereka...”, Deysi Kumenit, Ketua KSM Berhikmat menambahkan, sekaligus menutup wawancara kami.

Penulis:   Dianne Deivie Dirk  




Contact Person: Hanie Ering, Koordinator LKM Nikita Waya Sagerat